Sejarah Kerajaan Sriwijaya (Lengkap Dengan Gambar)

Posted by

Sejarah Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Bercorak Budha di Pulau Sumatra. Di Pulau Sumatra terdapat salah satu kerjaan terbesar bercorak Budha yaitu Kerajaan Sriwijaya. Orang China dalam menyebut Kerajaan Sriwijaya adalah Che-li-fo-she, San-fot-si, San-bot-si dan Kan-to-li. Kerajaan Sriwijaya diperkirakan berdiri pada abad VII Masehi, dan masih belum diketahui kapan tahun berdirinya.
Bukti adanya Kerajaan Sriwijaya terdapat pada prasast Kedudukan Bukit yang berangka tahun 682. Prasasti ini menceritakan tentang perjalanan ekspansi Dapunta Hyang yang diyakini sebagai pendiri kerajaan Sriwijaya. Lokasi Kerajaan Sriwijaya yang saat ini dipercaya adalah di pantai timur Sumatra, tepatnya di kota Palembang.

Kerajaan Sriwijaya
sumber : wikipedia.or
Peta Lokasi Kerajaan Sriwijaya
Raja pertama Sriwijaya diyakini bernama Dapunta Hyang. Masa pemerintahan Raja Dapunta Hyang tidak diketahui dengan pasti masa berakhirnya. Penerus Raja Dapunta Hyang yang populer adalah Raja Balaputradewa yang masih ada hubungannya dengan Kerajaan Mataran Kuno di Jawa. Raja Balaputradewa pindah ke Kerajaan Sriwijaya karena kalah dalam perebutan kekuasaan di Kerajaan Mataram Kuno.
Proses munculnya Kerajaan Sriwijaya boleh dikatakan sangat cepat. Terbukti dengan adanya perdagangan melalui laut dengan jalur Selat Malaka antara Asia Barat, India dan China telah berlangsung sejak abad III SM sampai abad I SM. Kapal-kapal dagang melayari Selat Malaka melakukan persinggahan di daerah sekitar Palembang.

Ini terbukti dengan ditemukannya benda-benda purbakala di Karang Agung. Kabupaten Musi Banyuasin, Provinsi Sumatra Selatan. Benda-benda tersebut berupa manik-manik yang terbuat dari batuan, kaca, emas, tembikar, batu jala, batu asah, gelang dari kaca, emas dan perunggu, serta tiang bangunan dari pohon nibung dan medang. Benda-benda tersebut diperkirakan berumur 1630 tahun atau berada dari tahun 370.

1. Raja-raja di kerajaan Sriwijaya

Informasi tentang Kerajaan Sriwijaya dari dalam negeri maupun dari luar negeri, tidak menyebutkan silsilah raja yang pernah berkuasa di Kerajaan Sriwijaya. Hanya beberapa raja yang diketahui pernah berkuasa, itu pun tidak diketahui secara rinci lama masa pemerintahannya, dan peristiwa penting selama masa pemerintahannya. Berikut raja-raja yang pernah memerintah di Kerajaan Sriwijaya.

  1. Dapunta Hyang, adalah raja yang dianggap sebagai pendiri kerajaan Sriwijaya, perannya dalam kerajaan Sriwijaya adalah perluasan wilayah.
  2. Balaputradewa, tidak diketahui lama masa pemerintahannya. Dari prasasti Nalanda diketahui raja ini banyak melakukan diplomasi damai dengan kerajaan-kerajaan besar di Asia Tenggara yang merupakan pasar potensial untuk perdagangan, terutama dengan India. Di India, Raja Balaputradewa membangun wihara. Balaputradewa merupakan keturunan dari Dinasti Syeilendra di Jawa yang melarikan diri setelah kalah dalam perebutan kekuasaan dengan saudaranya Pramodawardhani. Balaputradewa memperistri Dewi Tara, putri dari Dharmasetu.
  3. Raja Sri Sudarmaniwarmadewa / Culamaniwarman, diperkirakan pernah memerintah Sriwijaya pada awal abad XI Masehi. Perkiraan ini dihubungkan dengan berita dari Cina yang mengabarkan datangnya pendeta dari Tibet yang bernama Atisa di Kerajaan Sriwijaya. Tujuan pendeta tersebut datang ke Sriwijaya untuk mendapat bimbingan dan belajar dari pendeta Budha tertinggi di Kerajaan Sriwijaya yaitu Dharmakitri. Berita tersebut tertulis tahun 1011 dan 1023. Dari berita ini dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan Raja Sudarmaniwarmadewa, Kerjaan Sriwijaya merupakan salah satu pusat pengetahuan agama Budha.
  4. Sudarmaniwarmadewa tidak memerintah lama di Kerajaan Sriwijaya, dia digantikan oleh anaknya Marawijayatunggawarman. Saat memerintah, raja ini mengadakan persahabatan dengab raja-raja dari kerajaan Colamandala di India. Persahabatan itu berakhir pada saat kerajaan Sriwijaya dipimpin oleh Raja Sanggramawijatunggawarman.
Kerajaan Colamandala diperintah oleh raja Rajendracoladewa. Kerajaan Colamandala pernah menyerang Kerajaan Sriwijaya dua kali. Serangan pertama terjadi pada tahun 1017, serangan kedua pada tahun 1025. Raja Sanggramawijayatunggawarman dapat ditawan, akan tetapi tidak menyebabkan Kerajaan Sriwijaya runtuh atau menjadi bawahan Kerajaan Colamandala.

2. Beberapa Faktor Pendukung Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Dengan letak geografis yang strategis, Kerajaan Sriwijaya berkembang menjadi kerajaan yang besar dan kuat di sektor perdagangan. Kerajaan Sriwijaya berada di jalur lalu lintas perdagangan antara Asia Barat, India dan Cina. Lerak Sriwijaya juga merupakan pelabuhan yang aman karena dilindungi oleh pulau Bangka.

Aktivitas perdagangan dan pelayaran antara Asia Barat, India dan Cina terus meningkat sehingga banyak kapal-kapal dagang yang singgah di pelabuhan Kerajaan Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya berdiri bersamaan dengan mundurnya Kerajaan Funan (Kamboja) di Asia Tenggara yang sebelumnya menguasai jalur perdagangan laut Selat Malaka. Dengan mundurnya Kerajaan Funan, Kerajaan Sriwijaya mengambil alih jalur perdagangan Selat Malaka.

Keamanan pelayaran laut umumnya diganggu oleh para perompak. Dengan kekuatan armada lautnya, Kerajaan Sriwijaya menjamin keamanan pelayaran Selat Malaka yang dikuasainya. Sebagai timbal baliknya kapal-kapal asing tidak lagi merasa khawatir sehingga jalur perniagaan di Selat Malaka menjadi ramai. Hal ini menguntungkan bagi pelabuhan Kerajaan Sriwijaya karena banyak kapal asing yang singgah.

Persinggahan kapal-kapal tersebut biasanya memakan waktu yang lama. Selain menunggu angin balik, mereka juga melakukan bongkar muat kapal, menjual barang dagangan dan membeli barang kebutuhan mereka. Pelabuhan di Sriwijaya berfungsi sebagai tempat perdagangan dan tempat berkumpulnya barang-barang dari daerah-daerah lain yang tidak memiliki akses dengan pedagang asing.

kerajaan sriwijaya
Gambar
Peta Jalur Perdagangan Kerajaan Sriwijaya

Selain mendapat keuntungan dari cukai kapal yang singgah, Kerajaan Sriwijaya mendapat keuntungan menjual barang yang dibutuhkan kapal dagang. Sriwijaya dapat membeli barang dari kapal dagang kemudian dijual lagi ke daerah lain yang membutuhkan.

3. Strategi Diplomasi Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya pada masanya telah menjadi kerajaan maritim yang kuat di wilayah Indonesia Barat. Kekuatan tersebut ditunjang oleh kemampuan Kerajaan Sriwijaya dalam melakukan diplomasi yang taktis, kekuatan militer dan maritimnya.

Kerajaan Sriwijaya melakukan diplomasi dengan kerajaan-kerajaan lain untuk mengukuhkan kekuasaannya di Selat Malaka. Diplomasi tersebut dilakukan dengan memberikan penawaran penjagaan keamanan di pelabuhan-pelabuhan sekitar selat Malaka. Penawaran tersebut dilakukan dengan halus dan juga pengaruh kekuatan militer yang dimiliki.

Strategi diplomasi Kerajaan Sriwijaya juga dilakukan dalam bentuk penawaran aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain dan negara tetangga agar tidak mengganggu Kerajaan Sriwijaya dalam melakukan aktivitas penjagaan keamanan di Selat Malaka. Penawaran ini pun dapat dilakukan dengan cara halus atau dengan cara pengaruh militer. Pada masa kejayaannya, daerah yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya meliputi Sumatra, sebagian Selat Malaka dan pesisir Jawa Barat.

Untuk membendung pengaruh dari negara-negara yang memiliki aktivitas perdagangan seperti Cina, India dan Jawa, Sriwijaya melakukan upaya damai dengan ketiganya. Dengan kerajaan-kerajaan di Jawa upaya tersebut kurang berhasil. Oleh karena itu, Kerajaan Sriwijaya mengirimkan utusan secara teratur ke Cina, Sriwijaya mengirimkan bingkisan hadiah kepada Raja Cina agar melindungi dari rongrongan Kerajaan Jawa.

Dengan India Kerajaan Sriwijaya mengirimkan rahib-rahib untuk memperdalam pengetahuan agama Budha. Pada gilirannya nanti Kerajaan Sriwijaya akan menjadi pusat pendidikan agama Budha diluar India. Sejarah mencatat dari berita Cina, bahwa rahib-rahib Cina diharuskan singgah dahulu di Kerajaan Sriwijaya untuk mempelajari agama Budha sebelum mereka melanjutkan perjalanan ke India atau kembali lagi ke negaranya.

Pada saat itu, di Kerajaan Sriwijaya terdapat guru Budha yang sangat terkenal bernama Sakyakitri.
Perhatian Kerajaan Sriwijaya terhadap agama Budha terbukti dengan adanya berita-berita sejarah yang ditulis oleh rahib dari Cina yang bernama I-Tsing. Mengenai pentingnya Kerajaan Sriwijaya sebagai pusat pendidikan agama Budha. I-tsing juga menulis karya-karyanya dalam Agama Budha di kerajaan Sriwijaya yang dilakukannya pada tahun 689 dan 682.

I-Tsing
Gambar
Pendeta Cina I-Tsing

Perhatian Kerajaan Sriwijaya terhadap perkembangan agama Budha juga diwujudkan pada pendirian tempat ibadah seperti pembangunan biara Budha di Nalanda, India. Bahkan, bukan bangunan agama Budha saja yang dibuat, Kerajaan Sriwijaya juga membuat kuil Taois di Kanton.

4. Kemunduran Kerajaan Sriwijaya

Banyak catatan sejarah yang menulis bahwa tak ada sebuah kekuasaan dan kejayaan yang langgeng. Demikian juga dengan sejarah kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Setelah melalui masa perjuangan dari abad VII-VIII Masehi dan masa kejayaan dari abad IX-X Masehi, Kerajaan Sriwijaya mulai mengalami masa kemunduran.

Kerajaan Cola yang pada awalnya membina hubungan yang baik dengan Kerajaan Sriwijaya tanpa alasan yang jelas (diperkirakan persaingan dagang) menyerang Kerajaan Sriwijaya. Pada saat itu Sriwijaya diperintah oleh Sanggramawijayatunggawarman. Serangan dilakukan dua kali yaitu pada tahun 1017 dan 1025. Pada saat itu, Sanggramawijayatunggawarman berhasil ditawan Raja Rajendracola I.

Selain Kerajaan Sriwijaya, dalam penyerangan tersebut Kerajaan Cola melakukan penyerangan terhadap wilayah-wilayah kekuasaan Sriwijaya seperti Langkasuka, Tambralingga, Kadaram (Kedah) Panai dan Melayu. Serangan ini tertulis dalam prasasti Tanjore berangka 1030 yang dibuat atas perintah Raja Rajendracola. Serangan berikutnya terjadi pada tahun 1068. Hanya saja serangan ini lebih ditujukan kepada Kerajaan Kedah, yang kemudian dibebaskan lagi setelah rajanya mengakui Kekuasaan Kerajaan Cola.
Setalah Raja Sanggramawijayatunggawarman ditawan oleh Kerajaan Cola, Kerajaan Sriwijaya tidak runtuh. Pada catatan Dinasti Sung tertulis pada tahun  1028 datang utusan dari Kerajaan Sriwijaya dengan rajanya yang bernama Se-li-tieh-hwa yang diperkirakan anak dari Sanggramawijayatunggawarman.

Kemunduran Kerajaan Sriwijaya terlihat dari adanya berita yang tertulis oleh Ling wai tai ta bahwa telah datang ke Kerajaan Cina utusan dari Kerajaan Chan-pi (Jambi)  pada tahun 1082 dan 1088. Sebelumnya Jambi merupakan kerajaan dibawah kekuasaan Sriwijaya. Utusan Kerajaan Sriwijaya yang terakhir datang ke Cina pada dinasti Sung tercatat pada tahun 1178. Setelah itu tidak ada lagi beritanya. Dapat disimpulkan bahwa Kerajaan Sriwijaya telah mengalami kemunduran pada akhir abad XII Masehi.

Sebelum benar-benar runtuh akibat serangan kerajaan dari Jawa yang oleh beberapa peneliti diidentifikasi sebagai Kerajaan Majapahit pada sekitar tahun 1376, Kerajaan Sriwijaya berusaha untuk bangkit lagi pada awal abad XIII Masehi. Berita Cina yang ditulis oleh Chau Ju Kua mencatat hal itu.

Setelah dikalahkan oleh Kerajaan Jawa (Majapahit) pada tahun 1376, kendali pemerintahan semakin lemah karena kerajaan di Jawa yang mengalahkannya juga mengalami kemunduran. Akhirnya, Kerajaan Sriwijaya dikuasai oleh sekelompok perompak. Sekelompak perompak itu dipimpin oleh Chen Tsu Yi yang menguasai daerah Palembangdan kelompok Liang Tau Ming yang berasal dari Kanton yang menguasai daerah bekas Sriwijaya lainnya. Dominasi Kerajaan Hindu Budha di Pulau Sumatra menghilang dengan datangnya agama Islam dan tumbuhnya kerajaan-kerajaan Islam di Sumatra.

Kerajaan Sriwijaya
Gambar
Prasasti Talang Tuo

Sumber sejarah yang digunakan untuk merekontruksi sejarah Kerajaan Sriwijaya anatara lain prasasti Kedukan Bukit, prasasti yang ditemukan di tepi Sungai Batang. Prasasti Kedukan Bukit dibuat pada tahun 682. Selain itu, terdapat prasasti Talang Tuo, berangka tahun 684. Prasasti Telaga Batu ditemukan di Telaga Batu dekat Palembang. Prasasti Kota Kapur ditemukan di dekat Sungai Menduk, Bangka Barat.
Selain prasasti-prasasti yang di temukan di Sumatra dan sekitarnya, ada pula prasasti yang ditemukan di luar negeri. Salah satunya adalah prasasti Ligor (berangka tahun 775) yang ditemukan di daerah Ligor, Semenanjung melayu dan Prasasti Nalanda yang ditemukan di Nalanda, India Timur.


FOLLOW and JOIN to Get Update!

Social Media Widget SM Widgets




Demo Blog NJW V2 Updated at: 22.15

6 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.